Rekomendasi Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2025
Jakarta – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2025 dengan tema “Sinergi Membangun Budaya Baca dan Kecakapan Literasi untuk Negeri” yang diselenggarakan selama dua hari di Jakarta (4-5/2/2025) menghasilkan 17 rekomendasi dari empat isu utama yang diangkat.
Adapun empat isu utama yang dimaksud adalah model layanan prima perpustakaan untuk mendukung budaya membaca dan peningkatan kecakapan literasi, merancang program penguatan budaya membaca dan kecakapan literasi, pemanfaatan warisan budaya untuk penguatan budaya membaca dan kecakapan literasi, serta model penguatan kerja sama kelembagaan untuk mendukung penciptaan budaya membaca dan kecakapan literasi.
Pada kesempatan tersebut, rekomendasi dibacakan oleh perwakilan dari peserta yang hadir yakni Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kediri, Sri Ilham Wahyu Subekti.
Berikut adalah rincian rekomendasinya:
- Meningkatkan layanan prima perpustakaan untuk mendukung budaya membaca dan peningkatan kecakapan literasi melalui:
- Peningkatan Kapasitas SDM dan Kejelasan Karir Pustakawan.
- Kebijakan dan Regulasi untuk Memperkuat Peran Perpustakaan
- Optimalisasi Anggaran dan Sinergi Nasional bidang perpustakaan
- Transformasi Digital dan Infrastruktur Teknologi untuk perpustakaan
- Kolaborasi dan Integrasi Data Perpustakaan
- Merancang Program Penguatan Budaya Membaca dan Kecakapan Literasi
- Penyediaan bahan pengayaan dan pemanfaatan bacaan untuk peningkatan kecakapan literasi
- Pendekatan Inklusi Sosial dalam Program Literasi dan Budaya Membaca (TPBIS 2.0)
- Membangun Ekosistem Literasi yang Berkesinambungan di Tingkat Nasional dan Daerah
- Pemanfaatan Warisan Budaya untuk Penguatan Budaya Membaca dan Kecakapan Literasi, melalui:
- Penggalakkan sosialisasi dan persamaan persepsi terkait program pendaftaran naskah dan pelibatan Masyarakat
- Pemerintah daerah perlu membuat regulasi daerah tentang penguatan pelaksanaan UU No.13 Tahun 2018 tentang SSKCKR, pelestarian warisan budaya dan naskah kuno
- Pengembangan integrasi sistem pendataan pengelolaan KCKR satu pintu yang dikoordinasikan oleh Perpustakaan Nasional
- Lembaga Perpustakaan harus berperan dalam program pengarusutamaan naskah melalui pelestarian, aksesibilitas dan pengalihwahanaan yang ditujukan bagi seluruh lapisan Masyarakat dan mengintegrasikannya dalam program literasi dan pendidikan
- Perpustakaan Nasional dan daerah harus menjamin ketersediaan, kelestarian dan pendayagunaan koleksi warisan budaya nasional dan daerah
- Penguatan Kerja sama Kelembagaan untuk Mendukung Penciptaan Budaya Membaca dan Kecakapan Literasi, melalui:
- Penyusunan kebijakan strategi pengembangan kerjasama dalam menggalang Hibah dan Corporate Social Responsibility (CSR), buku bajakan, perlindungan terhadap konten digital dan jejaring perpustakaan oleh Perpustakaan Nasional
- Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan daerah bersama sama melakukan kerja sama dengan perpustakaan mitra yang berada di dalam maupun luar negeri yang memiliki naskah kuno nusantara.
- Identifikasi oleh perpustakaan terhadap potensi daerah yang dapat dikolaborasi dengan mitra baik dalam maupun luar negeri yang dapat memberikan hibah dan CSR.
- Pelaksanaan kampanye anti buku bajakan secara massif dalam berbagai media, dari semua unsur pentahelix.
- Peningkatan dukungan Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah dalam penyediaan dan penguatan sarana dan prasarana (sistem informasi dan infrastruktur TIK), serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perpustakaan mitra jejaring (dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis, dan sejenisnya). (Basma Sartika, 2025)
Rakornas Bidang Perpustakaan 2025, Menteri Dikdasmen: Peningkatan Budaya Baca dan Kecakapan Literasi untuk Membangun Peradaban Bangsa
Jakarta—Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Abdul Mu’ti menyatakan komitmennya untuk terus meningkatkan budaya membaca dan meningkatkan kemampuan literasi sebagai bagian dari membangun peradaban bangsa.
Hal disampaikan Menteri Dikdasmen dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2025 pada Rabu (5/2/2025). Rakornas mengusung tema “Sinergi Membangun Budaya Baca dan Kecakapan Literasi untuk Negeri”. Menurutnya, membangun budaya baca dan kecakapan literasi menjadi program prioritas pihaknya dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).
“Banyak data yang menjadi acuan mengapa tema ini menjadi begitu penting, terutama dikaitkan dengan kemampuan literasi dan numerasi bangsa Indonesia dilihat dari skor PISA dan bagaimana budaya membaca di Tanah Air,” jelasnya.
Menteri Dikdasmen menambahkan, ada beberapa hal yang menjadi bagian dari arah kebijakan dan gerakan bersama dalam membangun budaya baca dan kecakapan literasi. Pertama, fondasi dari peradaban bangsa adalah membaca. Dia menjelaskan, dari sudut pandang agama sebagai seorang Muslim, membaca merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad.
Selain itu, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyatakan salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurutnya, bangsa cerdas adalah bangsa yang memiliki kemampuan dan kebiasaan, serta budaya membaca.
“Literasi bukan sekadar melek aksara, tetapi kemampuan memahami yang kita baca, kemudian kemampuan menelaah berbagai hal sebagai bagian dari proses literasi yang terbuka,” tuturnya.
Karena itu, tambahnya, budaya baca perlu didukung oleh hal kedua yakni ketersediaan bahan bacaan (avalibility of reading materials). “Tradisi membaca secara implisit menegaskan pentingnya tradisi menulis. Sehingga antara membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang tidak dapat dipisahkan,” ungkapnya.
Ditambahkan bahwa bahan bacaan tersedia apabila ada yang menulis. Namun, tulisan yang dihasilkan harus memiliki makna penting, tulisan yang mencerahkan, tulisan yang menggerakkan, dan tulisan yang menginspirasi pembacanya untuk menjadi lebih baik.
“Bacaan bermutu juga menjadi penting agar minat baca tumbuh dan budaya membaca terus berkembang di masyarakat. Gerakan ini perlu didukung dengan sinergi yang melibatkan seluruh masyarakat,” tukasnya.
Dalam rangka bersinergi, Menteri Dikdasmen menyebut, pihaknya menggunakan pendekatan Partisipasi Semesta. Di sini, pihaknya bekerja sama dan membangun kemitraan strategis dengan berbagai unsur. “Seberapa pun dana yang kita miliki, tidak akan pernah cukup kalau bekerja sendiri dan tidak bersinergi dengan masyarakat,” ujarnya.
Dia menambahkan, reading competency atau kemampuan membaca masyarakat masih harus ditingkatkan. Angka melek huruf masyarakat Indonesia hampir mencapai 100 persen. Namun sayangnya, kemampuan memahami teks masih harus ditingkatkan.
“Dan ini tentu saja membutuhkan adanya sinergi antara Perpusnas dan lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, pegiat literasi, agar itu ditingkatkan. Perlu ada pelatihan dan upgrading kemampuan agar masyarakat dapat membaca dengan sebaik-baiknya,” urainya.
Upaya peningkatan kemampuan memahami bacaan masih menghadapi tantangan, terutama munculnya gejala scroll society. Masyarakat, jelasnya, lebih banyak membaca dari gawai dan membaca judul artikel, kemudian scroll gawai. Terkadang, pembaca membuat kesimpulan dari judul tanpa membaca isinya.
“Karena itu bersinergi dengan berbagai kelompok masyarakat dan penyediaan bahan bacaaan dalam berbagai bentuk, tidak hanya cetak, tapi juga bahan bacaan elektronik dan digital, ini juga menjadi bagian dari upaya supaya bahan bacaan reachable,” urainya.
Terakhir, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Perpusnas yang telah berkomitmen membangun budaya baca. Menurutnya, profesi yang bergerak di bidang perpustakaan atau pustakawan, berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pustakawan mungkin profesi yang tidak menarik bagi banyak orang dan tidak banyak menjanjikan secara ekonomi. Tetapi kita harus bangga karena itu sumbangan kita untuk memajukan bangsa ini,” ucapnya.
Dia menceritakan pengalaman kala menempuh pendidikan di luar negeri, betapa pustakawan memanjakan para mahasiswa. “Bahkan ketika bukunya tidak ada di situ, adanya di kampus lain, sampai dipesankan bukunya dengan biaya dari perpustakaan,” urainya.
Terkait naskah kuno, masih ada naskah hasil karya anak bangsa di luar negeri yang belum dimiliki negara. Padahal hal ini merupakan warisan budaya yang menginspirasi generasi bangsa. Dia berharap Perpusnas dapat mengambil bagian dalam upaya penyelamatan peradaban, bahkan membangun peradaban. Hal ini memang tidak mudah, tapi harus dilakukan di tengah berbagai tantangan.
“Ketika di Iran, ada perpustakaan yang sangat rahasia, yang masuk hanya VIP, orang yang sudah dinyatakan boleh masuk. Dan di situ ada satu ruangan yang khusus untuk perpustakaan, yang disebut rumah sakit buku. Dalam konteks itu, kita melihat bahwa Iran adalah negara yang memiliki tradisi literasi sangat kuat, tradisi literasi yang sebagiannya dibangun dengan spirit agar karya terselamatkan dan tetap berkontribusi dalam membangun peradaban,” pungkasnya.
Rakornas Bidang Perpustakaan merupakan upaya untuk melaksanakan konsolidasi dan koordinasi antarpemangku kepentingan di bidang perpustakaan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang terdapat dalam Rencana Strategis Perpusnas serta mendukung proses perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh jajaran pemangku kepentingan di bidang perpustakaan, dengan mekanisme bottom up dan topdown planning.
Diselenggarakan dengan tujuan yakni merumuskan dan menyusun strategi yang terintegrasi di antara berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, sektor swasta, dan masyarakat) dalam meningkatkan literasi, meningkatkan koordinasi di antara berbagai lembaga, kementerian, dan organisasi yang terlibat dalam program literasi, serta memperkuat kemitraan di antara sektor publik, swasta, masyarakat sipil, dan komunitas lokal dalam membangun literasi. (Hanna Meinita, 2025)
Sumber :
Basma Sartika (https://www.perpusnas.go.id/berita/rekomendasi-rakornas-bidang-perpsustakaan-tahun-2025)
Hanna Meinita (https://www.perpusnas.go.id/berita/rakornas-bidang-perpustakaan-2025-menteri-dikdasmen-peningkatan-budaya-baca-dan-kecakapan-literasi-untuk-membangun-peradaban-bangsa)