Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) mengadakan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan, Tahun 2021, dengan tema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”, melalui media daring, pada 22-23 Maret 2021. Dalam kesempatan itu, Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) mendapat kesempatan menyampaikan paparan melalui Ketua Umum, yakni Ibu Mariyah, S.Sos, M.Hum. Judul paparan yang diberikan oleh Perpusnas RI yaitu: “Kesiapan Perguruan Tinggi Menyiapkan Bahan Bacaan Menuju Perguruan Tinggi Menulis”
Dalam paparannya, Ketua Umum menyampaikan bahwa kondisi Covid 19 di Indonesia yang belum berakhir berdampak pada penyelenggaraan pendidikan tinggi, termasuk perpustakaan. Di Indonesia sendiri saat ini ada 6.552 perpustakaan perguruan tinggi dan sudah ada jejaring yang dikembangkan untuk mewadahi perpustakaan perguruan tinggi ini, yakni FPPTI. Saat ini terdapat dua puluh tiga perwakilan FPPTI yang tersebar di Indonesia. Informasi tentang FPPTI dapat ditelusuri di website http://fppti.or.id/v1/.
Hal lain yang berpengaruh kepada penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang ditetapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Merdeka Belajar, memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi. Dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Ada delapan bentuk kegiatan pembelajaran Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang perlu disikapi dalam penyediaan bahan bacaan agar mahasiswa dapat lulus dengan kualitas yang baik. Delapan kegiatannya yaitu: 1. Magang (Praktik Kerja); 2. Proyek di Desa; 3. Mengajar di Sekolah; 4. Pertukaran Pelajar; 5. Penelitian (Riset); 6. Kegiatan Wirausaha; 7. Proyek Independen, dan 8. Proyek Kemanusiaan. Untuk mendukung program yang dicanangkan, maka perguruan tinggi harus dapat menyiapkan bahan bacaan berkualitas.
Menyiapkan Bahan Bacaan di Perguruan Tinggi
Pandemi COVID-19 sangat berpengaruh terhadap pengadaan bahan bacaan, layanan, dan ekonomi di Indonesia. Alokasi anggaran pengadaan bahan bacaan dikurangi karena dana dialokasikan untuk penyediaan protocol kesehatan (COVID-19). Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, juga memaksa perpustakaan perguruan tinggi mengatur layanan dan akses secara daring, serta bahan bacaannya harus dapat diakses bersama dengan mahasiswa dari perguruan tinggi afiliasi.
Payung hukum penyediaan bahan bacaan di perguruan tinggi, yakni: UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Peraturan Kepala Perpusnas RI No.13 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi. Dalam penyediaan bahan bacaan, perguruan tinggi, harus mengacu pada kebijakan pengembangan koleksi agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Di saat pandemi, beberapa perpustakaan perguruan tinggi tutup dan akses ke koleksi fisik secara otomatis tidak dapat dilakukan. Dalam kondisi seperti ini maka perpustakaan perguruan tinggi harus membuat strategi agar bahan bacaan yang dibutuhkan mahasiswa dapat tersedia. Perguruan tinggi harus menyediakan bahan bacaan dalam format elektronik seperti e-book, e-journal, video, dan lain-lain, dan akses ke koleksi tersebut juga harus dapat dilakukan dari luar kampus (remote access).
Standar bahan bacaan di perguruan tinggi berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan (SNP), antara lain: Jumlah bahan bacaan buku wajib mata kuliah tiga judul; buku pengayaan dua kali buku wajib; jurnal ilmiah dua judul per program studi; majalah ilmiah minimal satu judul per program studi, dan lain-lain. Salah satu indikator bahwa perguruan tinggi siap bahan bacaan adalah perpustakaannya telah terakreditasi. Berdasarkan data akreditasi perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia, per 26 Februari 2021, dari 4.670 perguruan tinggi, baru 391 perpustakaan yang terakreditasi atau baru 18%. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Alhamdulillah tahun 2021, Bapak Syarif Bando mempunyai terobosan akan melakukan percepatan akreditasi dan FPPTI diberikan kuota 1.000 perguruan tinggi untuk dikareditasi secara gratis. Indikator lain perguruan tinggi siap dengan bahan bacaan adalah menyajikan informasi dari portal open access seperti: Indonesia One-Search, iPusnas, Garuda, RAMA, dan lain-lain.
Perguruan Tinggi Menulis
Budaya menulis di perguruan tinggi ada dua, yaitu kewajiban (paksa) sebagai syarat naik pangkat atau kelulusan dan kebiasaan (suka). Jika kedua hal ini diberikan wadah menulis maka akan melahirkan penulis pemula dan mahir. Beberapa perguruan tinggi menulis dengan tujuan pemeringkatan (Word Class Ranking). Mereka berupaya memiliki reputasi internasional dan masuk dalam jajaran universitas kelas dunia. Poin-poin dalam pemeringkatan tersebut, antara lain: 1). Kualitas penelitian dan pengajaran; 2). Lulusan yang kompeten, inovatif, dan efektif; 3). Perbandingan dosen dan mahasiswa untuk kualitas pengajaran; dan 4). Kutipan dari riset lima tahun terakhir.
Perguruan tinggi mengejar Word Class Ranking (WCR) memang suatu keharusan, namun lebih bagus lagi jika hasil karya inovasinya dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jangan sampai hasil tulisannya hanya menjadi tumpukan paper untuk kenaikan pangkat atau kelulusan saja. Stop! Budaya ini harus mulai diubah.
Di samping WCR, perguruan tinggi juga menulis riset dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengabdian Masyarakat). Riset yang berkualitas pastinya harus didukung oleh bahan bacaan yang berkualitas. Dengan adanya kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, perguruan tinggi saat ini telah melakukan berbagai upaya seperti: 1). Menciptakaan keunggulan-keunggulan riset; 2). Menciptakan sinergi dan kolaborasi antar disiplin ilmu, bersinergi dengan mitra domestik dan internasional; 3). Meningkatkan kualitas riset dan publikasi internasional; dan 4). Menguatkan kompetensi dan daya saing. Contoh hasil riset perguruan tinggi yang membanggakan antara lain: 1). Vaksin merah putih yang dilakukan oleh beberapa Pusat Penelitian di Lembaga Eijkman, di ITB, UI, dan UNAIR dengan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi, Ali Gufron Mukti; dan 2). Alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan napas “GeNose” buatan tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Ketua Prof. Kuwat Triyana, telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam kurun waktu lima tahun (dari tahun 2017), mengupayakan kegiatan dosen tidak hanya mengajar namun memberikan banyak waktu untuk menulis karya ilmiah, dengan banyak perankingan. Salah satu alat ukur perankingan publikasi riset perguruan tinggi adalah SINTA (Science and Technology Index) sinta.ristekbrin.go.id. Di samping SINTA, ada RAMA (Repositori Tugas Akhir Mahasiswa) rama.ristekbrin.go.id sebagai portal untuk mewadahi tugas akhir mahasiswa sehingga mengurangi duplikasi riset. Kita patut bersyukur karena dalam kurun waktu lima tahun, publikasi riset perguruan tinggi di Indonesia sudah menempati posisi tertinggi negara ASEAN, mengungguli negara Malaysia dan Singapura. Sedangkan di dalam negeri, berdasarkan data SINTA yang diakses pada 19 Maret 2021, menunjukkan hasil riset perguruan tinggi di Indonesia, masih didominasi oleh perguruan tinggi besar seperti: UI, ITB, UGM, UNDIP, dan UNIAR. Lalu bagaimana dengan perguruan tinggi di sisi hulu?
Peran FPPTI dalam Menyiapkan Bahan Bacaan Menuju Perguruan Tinggi Menulis
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah hampir seluruh aktivitas, termasuk cara belajar dan akses informasi bahan bacaan di perguruan tinggi. Sehubungan dengan itu, FPPTI berupaya melakukan beberapa terobosan antara lain:
A. Konsorsium e-Resources Anggota FPPTI & MoU
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tergabung dalam FPPTI namun memiliki keterbatasan anggaran untuk penyediaan bahan bacaan berupa e-journal internasional, menyelenggarakan konsorsium sebagai solusi. Kegiatan ini telah dilakukan sejak tahun 2018 oleh FPPTI DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Saat ini baru empat bidang subjek yang dilanggan yaitu bidang kesehatan, ekonomi, humaniora, dan teknik. Research tool yang dilanggan yaitu Turnitin. Selain konsorsium, FPPTI juga melakukan kerja sama (MoU) dengan Perpustakaan Nasional RI dan The Asia Foundation terkait hibah buku untuk perpustakaan perguruan tinggi.
B. Sosialisasi e-Journal Kemenristek DIKTI
FPPTI pada 2019 diberikan kepercayaan oleh Kemenristek DIKTI untuk melakukan roadshow ke sebelas provinsi di Indonesia dalam rangka sosialisasi tiga databases e-journal, yakni: Proquest, Gale, dan Ebsco. Adanya database e-journalyang dilanggan Kemenristek DIKTI sangat membantu dalam penyediaan bahan bacaan di perguruan tinggi Indonesia. Namun ketiga databases tersebut pada 2020 dihentikan. Sehubungan dengan itu, FPPTI meminta kepada Perpusnas RI agar pada tahun 2022 dapat mengadakan ketiga databases tersebut, dengan memperhatikan kesesuaian subyek yang dilanggan. FPPTI juga meminta dilibatkan dalam proses pemilihan database.
C. Literasi Informasi e-Resources dan e-Library Perpustakaan Nasional RI
Perpusnas RI melanggan buku-buku penerbit lokal dan internasional. Keberadaan e-Library Perpusnas RI sangat membantu ketersediaan bahan bacaan dan akses informasi bagi sivitas akademika. Di samping itu, akses e-Resources dan e-Library Perpusnas RI seperti: ipusnas, Indonesia One-Search, dan e-resources menjadi bagian dari materi literasi informasi yang disampaikan oleh FPPTI pada setiap kegiatan webinar atau pelatihan yang diberikan kepada para pengelola perpustakaan di Indonesia. Di samping itu, FPPTI dalam kegiatan literasi informasi di kampus, juga memberikan materi strategi mengakses bahan bacaan open access dan startegi menggunakan mesin pencari (search engine) agar hasil penelusurannya tepat sasaran.
Data stsitistik e-resources yang dilanggan Perpusnas RI, tahun 2019 – 2020 ada tren penurunan akses e-resources sampai 7.24%. Sementara akses melalui Indonesia One-Search menggembirakan. Di perguruan tinggi justru sebaliknya, akses e-resources mengalami peningkatan seiring dengan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Kebijakan Kampus Merdeka. Ini perlu dikaji dan harus menjadi perhatian Perpusnas RI pada saat mengevaluasi e-resources tersebut. FPPTI bersedia untuk terlibat dalam kajian yang akan dilakukan. Selain itu FPPTI juga mengusulkan update konten e-resourcesyang dilanggan sesuai dengan kebutuhan subjek di perguruan tinggi.
E. Webinar dan Roadshow Daring
Pada 2020, FPPTI menyelenggarakan Webinar Knowledge Sharing Series (KSS) I: Seri 1-12 dan FPPTI KSS II: Seri 1-6, serta Roadshow Daring Repositori Institusi (Eprints dan Dspace). Webinar ini sebagai solusi transfer pengetahuan dari para pakar di bidang perpustakaan dan teknologi informasi dalam rangka penyediaan bahan bacaan di perguruan tinggi. Tema dari salah satu seri yaitu: Manajemen Pengembangan Koleksi di Masa New Normal. Poin utama yang disampaikan pada seri tersebut, antara lain: 1). E-resources sebagai bahan pembelajaran jarak jauh ; 2). Pergeseran fokus dari koleksi tercetak ke sumber daya elektronik/digital pada masa new normal; 3). Orientasi pemanfaatan akses terbuka (open access); 4). Metode untuk akses ‘remote’; 5). Penyesuaian anggaran keuangan; 6). Berbagi sumberdaya dan berjejaring; 7). Penguatan basisdata lokal; 8). Penguatan kebijakan preservasi (digital); dan 9). Penguatan implementasi teknologi informasi.
F. Akademi Literasi Informasi Pustakawan Indonesia (ALIPI)
FPPTI pada 10 Februari 2021, telah meluncurkan portal Akademi Literasi Informasi Pustakawan Indonesia (ALIPI). Portal ini dibangun untuk mengembangkan keterampilan literasi informasi pustakawan Indonesia dan menyediakan berbagai kelas virtual topik-topik literasi informasi, literasi komputer, literasi media, literasi digital, dan literasi riset. Topik-topik ini menyediakan kelas-kelas yang dapat diambil secara mandiri oleh pustakawan dengan menggunakan sistem asynchronous. ALIPI dapat diakses melalui: https://alipi.fppti-dkijakarta.or.id/
Dalam rangka mewujudkan perguruan tinggi menulis, sinergitas antara FPPTI dengan Perpusnas RI khususnya dalam menyiapkan bahan bacaan berkualitas perlu dilakukan. Sinergi tersebut mulai dari seleksi, pemanfaatan, dan evaluasinya sehingga bahan bacaan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi. “Semoga semua yang sudah dilakukan oleh FPPTI ini dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi perkembangan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia”, begitu penutup dari Ibu Mariyah mengakhiri paparannya. (MRH/KM).