Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Pusat bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP), dan Universitas Hasanuddin (UNHAS) menggelar “Workshop Peningkatan Kompetensi Pustakawan Pengelola Website Perpustakaan” bagi pustakawan dan pengelola perpustakaan dari berbagai lembaga perguruan tinggi, sekolah dan organisasi di Indonesia. Workshop diadakan secara daring melalui media Zoom Meeting dengan menghadirkan narasumber Dwi Fajar Saputra, S.Sos., M.M. Pustakawan UPN Veteran Jakarta, Sony Pawoko, S.Sos., M.T.I Pustakawan Universitas Indonesia, dan Suwondo, S.Hum., M.Kom. Pustakawan Universitas Diponegoro.
Dalam sambutannya, Ketua Umum FPPTI, Ibu Mariyah, S.Sos., M.Hum. menyampaikan bahwa kegiatan workshop ini merupakan salah satu implementasi dari amanat Musyawarah Nasional (MUNAS) FPPTI, tanggal 6 Desember 2020 dan implementasi salah satu Program Kerja FPPTI 2021 yaitu peningkatan kompetensi tenaga Teknologi Informasi FPPTI Wilayah di Indonesia. Di samping itu, latar belakang diselenggarakannya workshop ini juga dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 236 Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kategori Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Golongan Pokok Perpustakaan, Arsip, Museum dan Kegiatan Kebudayaan Lainnya Bidang Perpustakaan.
Workshop dengan tema: Peningkatan Kompetensi Pustakawan Pengelola Website Perpustaakaan ini dilaksanakan dari pukul 08.30 – 15.00 WIB dan dibagi dalam tiga batch untuk tiga wilayah/klaster di Indonesia. Klaster Barat (Sumatera, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta) diselenggarakan pada tanggal 14 Juli, Klaster Tengah (Kalimantan, Jawa Tengah, dan DIY Yogyakarta) pada tanggal 21 Juli, dan Klaster Timur (Sulawesi, Jawa Timur, Bali, NTT, Maluku, Papua) pada tanggal 28 Juli 2021. Lebih lanjut Ibu Ketua Umum menjelaskan tema yang dipilih pada workshop ini juga untuk menjawab tuntutan kebutuhan Pustakawan dalam memahami dan mengelola website perpustakaan sesuai dengan SKKNI Nomor 236 Tahun 2019. Diharapkan setelah mengikuti workshop ini, peserta memiliki kompetensi dalam mengelola website perpustakaan dan semakin meningkatkan layanan kebutuhan informasi bagi para pemustaka atau stakeholdersecara cepat, tepat, dan akurat.
Paparan sesi pertama, Bapak Sony Prawoko, S.Sos., M.T.I mengatakan bahwa terjadi perubahan paradigma mengenai perpustakaan di era sekarang ini. “Perpustakaan berubah dari You Come to The Library menjadi The Library Comes to You, sehingga membangun website menjadi sebuah keniscayaan” jelasnya. Perubahan paradigma ini memberikan pandangan bahwa website yang dibangun juga harus berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan informasi para stakeholder. Bapak Sony mengatakan bahwa dalam mengoptimalkan sebuah website harus memperhatikan tampilan desain, konten yang disajikan, dan juga kebutuhan informasi yang disediakan bagi para stakeholder sehingga mereka dapat lebih tertarik untuk menggunakan dan merasakan manfaat website secara penuh.
Bapak Dwi Fajar Saputra, S.Sos., M.M , pembicara sesi dua, membagikan penjelasan mengenai tata kelola server yang merupakan tahap awal dalam penerapan pembangunan website. Menurutnya server memang tidak bisa dipisahkan dalam pengembangan sebuah website yang bertujuan untuk menjalankan permintaan dari program lain, berbagi data antar client, hardware, dan software. Lebih lanjut Bapak Dwi Fajar menyampaikan bahwa wordpress merupakan content management software nomor satu terbaik di dunia. Pada workshop kali ini wordpress merupakan software yang dijadikan contoh dalam implementasi pengembangan website bagi Perrpustakaan.
Penjelasan lengkap mengenai langkah-langkah dalam membuat website dengan wordpress dijelaskan oleh Bapak Suwondo, S.Hum., M.Kom. pada sesi ketiga. Terdapat enam langkah yang perlu dilewati dalam menyelesaikan pembuatan sebuah website, yang terdiri dari pemilihan tema, instalasi plugin, pengaturan, menambahkan halaman, menu navigasi, dan penerbitan artikel pada website. Menurutnya dalam memilih tema pastikan sesuai dengan tujuan website dan sebelum aktivasi, perhatikan kebutuhan plugin yang dibutuhkan tema tersebut dengan menggunakan fitur live preview. Selain itu, pilihlah plugin dengan peringkat dan keamanan yang baik. Dalam membuat website menurutnya banyak yang melupakan tahap pengaturan, padahal tahap ini merupakan tahap yang krusial karena tahap ini membuat website lebih teratur dan rapi, terutama dalam mengadakan ketentuan-ketentuan hingga kebijakan yang ada di dalam website sehingga terciptanya standar dalam pemakaiannya.
Pada akhir kegiatan, pembawa acara sekaligus moderator Bapak Jevi Rian Aipasha, S.Hum. dari Fakultas Kedokteran UI, menyampaikan terselenggaranya acara ini diharapkan mampu memberikan wawasan lebih dan keterampilan baru bagi para peserta dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan berbasis website. (MRH/KM)